[Makalah] Kalimat Efektif



BAB VI
MAKALAH KALIMAT EFEKTIF

Dipersembahkan untuk Bahasa Indonesia






Disusun Oleh :

Defi Lestari                                (8143136673)
Ria Vinola Widia Wati               (8143136659)
Santi Rahmawati                       (8143136650)



PROGRAM STUDI SEKRETARI
JURUSAN EKONOMI DAN ADMINISTRASI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2015



KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa  yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “Kalimat Efektif” sebagai tugas kelompok dosen Ibu Dra. Rr. Ponco Dewi K, MM  mata kuliah Bahasa Indonesia.
            Makalah ini berisikan tentang informasi penyusunan kalimat efektif yang baik dan benar. Diharapkan makalah ini dapat memberikan pemahaman tentang konsep penggunaan kalimat efektif.
            Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
            Akhir kata, kami sampaikan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam proses penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.


                                                                           Jakarta, 2 Oktober 2015
                                                                           Penyusun




                                                                           Kelompook IX


DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................  ii
Daftar Isi................................................................................................................ iii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................         1
              A. Latar Belakang ..................................................................................... 3
              B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
              C. Tujuan .................................................................................................. 5
              D. Manfaat ................................................................................................ 5

BAB II. PEMBAHASAN ..................................................................................... 6
              A. Pengertian ............................................................................................ 6
              B. Persyaratan Kalimat ............................................................................. 6
              C. Syarat-syarat Kalimat Efektif .............................................................. 6
              D. Kalimat ................................................................................................. 7
              E. Struktur Kalimat ................................................................................ 10
              F.  Kalimat Efektif .................................................................................. 10
              G. Kalimat Tanya .................................................................................... 13
              H. Kalimat Bernalar ................................................................................ 16
              I.  Kalimat Suruh (perintah) .................................................................... 16
              J.  Kalimat Sederhana dan Kalimat Luas .......................................... ..... 17
              K. Kalimat Luas Yang Setara ................................................................. 18
              L. Kalimat Luas Bertingkat .............................................................. ..... 19
              M.                                                                                                        Kalimat Luas Tidak Setara               20
             
BAB III. PENUTUP ........................................................................................... 21
       A. Kesimpulan ........................................................................................ 21
       B. ....................................................................................................... Saran .......... 22

Daftar Pustaka ....................................................................................................... iv


BAB 1
PENDAHULUAN

Bahasa merupakan suatu alat komunikasi digunakan manusia. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan inti atau gagasan yang disampaikan oleh manusia dengan mengungkapkan bahasa yang baik. Komunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia terwujud secara efektif, apabila digunakan sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Dapat dikatakan komunikasi yang baik atau berhasil, apabila gagasan dapat diterima sebagaimana yang dimaksud/diinginkan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita kerap menggunakan bahasa Indonesia. Ia merupakan bahasa yang penting di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dilihat dari kedudukannya dalam khazanah kehidupan berbangsa dan bernegara, bahasa Indonesia memiliki dua pengertian, yaitu sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara.
Bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, didasarkan pada Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, terutama butir ketiga yang berbunyi: "Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia". Sementara dalam kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara didasarkan pada Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36 yang berbunyi, "Bahasa negara adalah bahasa Indonesia".
Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki beberapa fungsi. Pertama, sebagai lambang kebanggaan nasional. Artinya, bahwa bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan bangsa Indonesia. Fungsi kedua dari bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional adalah sebagai lambang jati diri atau identitas nasional. Artinya, bahwa bahasa Indonesia merupakan cerminan kepribadian bangsa Indonesia secara eksistensi. Selain sebagai lambang jati diri atau identitas nasional, bahasa Indonesia dalam kedudukannnya sebagai bahasa nasional juga memiliki fungsi sebagai alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda latar belakang sosial, budaya, dan bahasanya. Artinya, bahwa bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi di seluruh pelosok Indonesia. Fungsi terakhir yang dimiliki oleh bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional adalah sebagai alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah. Artinya, bahwa dengan adanya bahasa Indonesia dan penggunaan bahasa Indonesia bangsa Indonesia mendahulukan kepentingan nasional ketimbang kepentingan daerah, suku ataupun golongan.
Tadi telah dipaparkan, bahwa bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa negara. Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia memiliki beberapa fungsi. Pertama sebagai bahasa resmi negara. Sebagai bahasa resmi negara, bahasa Indonesia digunakan untuk berbagai keperluan kenegaraan, baik lisan maupun tulis, seperti pidato-pidato kenegaraan, dokumen-dokumen resmi negara, dan sidang-sidang yang bersifat kenegaraan. Semua itu dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantarnya.
Fungsi kedua bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa negara adalah sebagai bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan. Dalam fungsinya ini, bahasa Indonesia digunakan sebagai sarana penyampai ilmu pengetahuan kepada anak didik di bangku pendidikan dari tingkat taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi, baik negri maupun swasta.
Selain sebagai bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan, bahasa Indonesia, sebagai bahasa negara, juga memiliki fungsi sebagai bahasa resmi dalam perhubungan pada tingkat nasional, baik untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan maupun untuk kepentingan pemerintahan. Artinya, bahwa bahasa Indonesia tidak saja hanya digunakan sebagai alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat luas, melainkan juga digunakan sebagai alat komunikasi penduduk di seluruh pelosok Indonesia.
Fungsi terakhir dari bahasa Indonesia sebagai bahasa negara adalah sebagai bahasa resmi di dalam kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Artinya, bahwa bahasa Indonesia dipakai sebagai alat untuk mengembangkan dan membina iptek dan kebudayaan nasional sehingga tercipta satu ciri khas yang menandakan satu kesatuan negara Indonesia dan bukannya kedaerahan.
Untuk dapat meraih kedudukannya sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, bahasa Indonesia memiliki sejarah yang sangat panjang. Telah diketahui bersama bahwa bahasa Indonesia yang kita gunakan saat ini berasal dari bahasa Melayu.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan diangkatnya bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia. Pertama, bahwa bahasa melayu merupakan lingua franca (bahasa yang dipergunakan sebagai alat komunikasi sosial di antara orang-orang yang berlainan bahasanya) di Indonesia. Jauh sebelum bahasa Indonesia ada dan dipergunakan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara di Indonesia, bahasa Melayu sudah terlebih dahulu menjadi alat komunikasi di Indonesia. Ini dapat dilihat dari banyaknya prasasti-prasasti pada zaman kerajaan Sriwijaya (kisaran abad VII) yang ditulis dengan menggunakan bahasa Melayu, seperti prasasti di Talang Tuwo, Palembang yang berangka tahun 684, prasasti di Kota Kapur, Bangka Barat yang berangka tahun 686, ataupun prasasti Karang Brahi yang berangka tahun 686. Selain itu, keberadaan bahasa Melayu sebagai lingua franca di Indonesia juga dapat dilihat dari daftar kata-kata yang disusun oleh seorang Portugis bernama Pigafetta pada tahun 1522. Daftar tersebut dia susun berdasarkan kata-kata dari bahasa Melayu yang ada dan tersebar penggunaan di kepulauan Maluku. Atau juga pada surat keputusan yang dikeluarkan oleh Pemerintah kolonial Belanda. Surat keputusan yang bernomor K.B. 1871 No. 104 menyatakan bahwa pengajaran di sekolah-sekolah bumi putera diberi dalam bahasa Daerah, kalau tidak dipakai bahasa Melayu.
Alasan kedua yang meyebabkan diangkat bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia adalah kesederhanaan sistem bahasa Melayu yang tidak memiliki tingkatan. Tidak seperti bahasa Jawa yang memiliki tingkatan seperti kromo, kromo madya, dan ngoko, bahasa Melayu tidak mengenal sistem tingkatan seperti itu. Bahasa Melayu tidak mengenal tingkatan-tingkatan dalam sistem berbahasanya inilah yang menciptakan kesan bahasa Melayu mudah untuk dipelajari.
Selain itu, diterima dan diangkatnya bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia disebabkan karena kerelaan berbagai suku di Indoensia untuk menerima bahasa Melayu sebagai bahasa nasional bangsa Indonesia. Bentuk kerelaan ini puncaknya terjadi pada Kongres Pemuda Indonesia tanggal 28 Oktober 1928 yang melahirkan teks Naskah Sumpah Pemuda, yang salah satu butirnya berbunyi, "Kami putra dan putrid Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Alasan keempat atau alasan terakhir yang menyebabkan diangkatnya bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia adalah kesanggupan bahasa Melayu untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas. Kesanggupan ini dibuktikan dengan keberadaan bahasa Melayu yang merupakan alat perhubungan antara orang-orang yang berlainan bahasanya di Indonesia. Sebagai alat perhubungan tersebut, bahasa Melayu telah mampu membuktikan kemampuannya dalam menterjemahkan segala perilaku dan bentuk-bentuk budaya yang ada di Indonesia, sehingga mereka yang berada di luar wilayah kebudayaan Indonesia pun dapat memahami segala bentuk dan perilaku kebudayaan yang ada di Indonesia.
            Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita mengenal bahasa lisan dan bahasa tulisan. Kedua bahasa ini sering menimbulkan kesalahpahaman. Penggunaan kalimat yang baik dan benar (yang disebut kalimat efektif) akan memudahkan pemahanam orang lain sehingga kesalahpahaman yang sering terjadi dapat terhindarkan.
Untuk menjadikan kalimat yang diucapkan atau ditulis mudah dimengerti oleh orang lain, ada dua syarat yang harus dipenuhi. Pertama, kalimat tersebut secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis. Kedua, kalimat tersebut sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis. Faktor yang menjadikan gagasan diterima dengan baik adalah penggunaan kalimat yang baik dan benar serta penggunaan huruf dan tanda baca yang sesuai dengan kaidah tatabahasa.


B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah yang ada yaitu :
1.    Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
2.    Apa syarat yang mendasari kalimat efektif?
3.    Bagaimana struktur kalimat efektif?
4.    Apa maksud dari kalimat tanya, bernalar, suruh (perintah), sederhana, luas, luas bertingkat, luas tidak setara?

C.    Tujuan 
1.    Sebagai tugas kelompok dari mata kuliah Bahasa Indonesia.
2.    Penulis dapat lebih mengerti pembahasan mengenai konsep dasar penggunaan Kalimat Efektif.
3.    Dapat menambah wawasan bagi pembaca.

D.   Manfaat 
Dari rumusan masalah yang ada maka manfaat penulisan makalah ini yaitu :
1.    Mengetahui gambaran umum kalimat efektif.
2.    Memahami syarat yang mendasari kalimat efektif.
3.    Mengerti struktur kalimat efektif.
4.    Memberi pemahaman mengenai kalimat tanya, bernalar, suruh (perintah), sederhana, luas, luas bertingkat, luas tidak setara.




BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
 Kalimat efektif adalah satuan bahasa yang didahului dan diakhiri oleh kesenyapan, intonasinya menunjukan kelengkapan ujaran dengan makna gramatikal.

B. Persyaratan Kalimat
·         Kelengkapan struktur subjek dan predikat
·         Pemutasian subjek dan predikat
·         Perwujudan makna gramatikal berdasarkan struktur

C. Syarat - syarat Kalimat Efektif
1.        Koherensi
Adalah Hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur - unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kata itu.
2.        Kesatuan
Suatu kalimat efektif harus mempunyai struktur yang baik. Artinya, kalimat itu harus memiliki unsur - unsur subyek dan predikat, atau bisa ditambah dengan obyek, keterangan, dan pelengkap yang bisa melahirkan arti yang merupakan ciri - ciri keutuhan kalimat.
3.        Kehematan
Yang dimaksud disini adalah kehematan dalam pemakain kata, frase atau bentuk lainnya yang dianggap tidak diperlukan. Kehematan tersebut menyangkut soal gramatikal dan makna kata. Namun, dalam hal ini tidak berarti bahwa kata yang menambah kejelasan kalimat boleh dihilangkan.
4.        Paralelisme atau kesejajaran
Adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunaka dalam kalimat itu Jika pertama menggunakan verba, maka bentuk kedua juga menggunakan verba. Lalu, jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya juga harus menggunakan kata kerja berimbuhan me-, juga.
5.      Penekanan
Gagasan pokok atau misi yang ingin ditekankan oleh pembicara biadanya dilakukan dengan memperlambat ucapan, melirihkan suara, dan sebagainya pada bagian kalimat tadi.
6.        Kevariasian
Untuk menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca, diperlukan variasi dalam teks. Ada kalimat yang dimulai dengan subyek, predikat atau keterangan. Ada kalimat yang pendek dan panjang
7.        Logis/Nalar
Suatu kalimat dikatakan logis apabila informasi dalam kalimat tersebut dapat diterima oleh akal atau nalar. Logis atau tidaknya kalimat dilihat dari segi maknanya, bukan strukturnya. Suatu kalimat dikatakan logis apabila gagasan yang disampaikan masuk akal, hubungan antar gagasan dalam kalimat masuk akal, dan hubungan gagasan pokok serta gagasan penjelas juga masuk akal.

D. Kalimat
     Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menyampaikan pesan (informasi) secara singkat, lengkap, dan mudah diterima oleh pendengar. Yang dimaksud singkat dalam hal ini adalah hemat dalam penggunaan kata -kata. Hanya kata - kata yang diperlukan saja yang digunakan. Penggunaan kata yang tidak perlu atau mubadzir berarti sama saja dengan pemborosan. Hal itu tentu bertentangan dengan prinsip kalimat efektif yang hemat. Meskipun dalam kalimat efektif hemat dalam penggunaan kata, kalimat efektif tetap juga harus lengkap yang artinya semua itu harus disampaikan.
1.        Unsur Kalimat
Ø  Subjek
Adalah bagian kalimat yang menjadi gagasan pokok, unsur utama kalimat, dan berupa kata benda.
Ciri - ciri subjek :
ü  Jawaban apa atau siapa
ü  Disertai kata itu
ü  Didahului kata bahwa
ü  Tidak didahului preposisi atau  depan
ü  Berupa kata benda atau frase benda
Subjek
Predikat
Ibunya
Karyawan Bank
Mereka
Bekerja
Kami
Rajin
Mereka
Berlima


Ø  Predikat
Bagian kalimat yang menerangkan subjek berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan.
   Ciri - ciri predikat :
ü Jawaban mengapa atau bagaimana
ü Disertai kata adalah, yakni, yaitu, merupakan
ü Dapat diingkarkan
ü Dapat disertai kata keterangan aspek
ü Dapat disertai kata keterangan modalitas
ü Tidak didahului kaya yang
ü Predikat dapat berupa:
1.      Kata benda atau frase benda.
2.      Kata kerja atau frase kerja.
3.      Kata sifat atau frase sifat.
4.      Kata bilangan atau frase  bilangan.
5.      Kata depan atau frase depan.

Ø Objek
Adalah bagian dari kalimat yang berfungsi melengkapi predikat yang berupa kata kerja transitif.
Ciri - ciri Objek :
ü Langsung dibelakang predikat kata yang berupa kata kerja transitif.
ü Dapat menjadi subjek kalimat pasif.
ü Tidak didahului preposisi

Subjek
Predikat
Objek
Mereka
Mendistribusikan
Bahan Ujian
 Ia
     Melaporkan
Hal itu

Ø Pelengkap
Adalah bagian dari kalimat yang berfungsi melengkapi objek, mengkhususkan makna objek.
Ciri - ciri Pelengkap :
ü  Terletak dibelakang objek.
ü  Bukan unsur utama

Subjek
Predikat
Objek
Pelengkap
-Adik
Bermain
Bola
Basket
-Ibu
Membelikan
Adik
Baju

Ø Keterangan
Adalah bagian dari kalimat yang berfungsi menjelaskan subjek, predikat, atau objek yang sekedar membahas penjelasan.
Ciri - ciri keterangan :
ü Bukan unsur utama.
ü Tidak terkait posisi.
ü Tidak terkait posisi.
1.      Keterangan waktu
2.      Keterangan tempat
3.      Keterangan tujuan
4.      Keterangan sebab
5.      Keterangan akibat
6.      Keterangan tambahan
7.      Keterangan aposisi
8.      Keterangan aspek

Predikat
Objek
Pelengkap
Keterangan
Bermian
 Bola
Basket
Kemarin
Membaca
-Buku
Cerita
Dikelas

E. Struktur Kalimat
·           Struktur kalimat dasar terdiri dari,
ü  Pola kalimat dasar
ü  Tipe kalimat
·           Struktur kalimat tunggal terdiri dari,
ü  Pola kalimat tunggal
·           Struktur kalimat majemuk terdiri dari,
ü  Kalimat majemuk setara
ü  Kalimat majemuk bertingkat
ü  Kalimat majemuk campuran

F. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis sehingga pembaca atau pendengar dapat menerima maksud/arti serta tujuannya seperti yang dimaksud penulis/pembicara
Syarat - syarat kalimat efektif :

A.      SATU GAGASAN
Memiliki subyek, predikat, yang saling mendukung serta membentuk kesatuan tunggal.
Pasien  harus diprioritaskan. Obat cacing diminum
S
S
P
P
 



B.       SEPADAN
Keseimbangan antara pikiran dan struktur bahasa yang digunakan. Tidak terdapat subjek ganda.
Contoh :
Orang itu gerak-geriknya mencurigakan. Orang itu mencurigakan  Gerak-geriknya mencurigakan.
Kata penghubung intra kalimat tidak digunakan dalam kalimat tunggal.
Contoh :
1)        Saya datang agak terlambat, sehingga tidak dapat mengikuti acara pertama.
2)        Saya datang agak terlambat. Saya tidak dapat mengikuti pelajaran jam pertama.

C.       PARALEL
Kesamaan atau kesejajaran bentuk kata/frasa yang digunakan dalam sebuah kalimat.
Contoh:
Semakin bertambah umur seharusnya manusia semakin baik, bijaksana, dan tanggung jawab

D.      HEMAT
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih.
Contoh:
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga - bunga dalam kalimat diatas tidak perlu. Dalam kata mawar, anyelir, dan melati terkandung makna bunga. Beberapa hal yang perlu dihindari:
§   Hindari pengulangan subjek
Contoh:
Saya datang agak terlambat sehingga tidak dapat mengikuti acara pertama
§  Hindari pemakaian  superordinat pada hiponimi kata
Contoh:
Ayah saya dilahirkan pada Jumat 17 Agustus 1945
§   Hindari kesinoniman yang tidak diperlukan dalam satu kalimat
Contoh:
Sejak dari tadi dia hanya termenung saja
§   Hindari penjamakan yang tidak diperlukan pada kata yang sudah bermakna jamak.
Contoh:
Banyak gedung-gedung pencakar langit di Jakarta.

E.       CERMAT
Cermat dalam pemilihan dan penggunaan kata-kata. Tepat dan tidak menimbulkan  penafsiran ganda.

F.        SEJAJAR
Memiliki kesamaan bentukan atau imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Contoh:
·           Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
·           Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ia ke pinggir jalan


G.      PENEKANAN
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan. Beberapa metode penekanan anatara lain :
ü  Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat.
ü  Mengubah partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel -lah, -pun, dan –kah.
ü  Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
ü  Menggunakan pertentangan yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.

H.      PADU
Kepaduan pernyataan dalam kalimat sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah.

I.         LOGIS
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis atau masuk akal.
Contoh:
ü  Rektor Universitas Jaya Raya kami persilahkan untuk memberi sambutan   (logis).
ü  Waktu dan tempat dipersilahkan untuk memberi sambutan. waktu dan tempat tak dapat dipersilahkan (tak logis).

G. Kalimat Tanya
v  Pengertian
Kalimat yang dimaksud untuk mendapat jawaban berupa informasi, penjelasan atau pertanyaan.

v  Ciri-ciri Kalimat Tanya
1.        Menggunakan kata tanya (5W+1H).
2.        Membalikan urutan kata.
3.        Menambah kata buka/tidak, partikel –kah.
4.        Intonasi naik.

v  Macam-macam Kalimat Tanya
1.        Kalimat tanya retoris adalah kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban.
Contoh: Apalagi yang dapat kita kerjakan, kecuali hanya memohon pertolongan Tuhan?
2.        Kalimat tanya biasa adalah kalimat tanya yang hanya memerlukan jawaban.
Contoh: Siapa yang menulis artikel itu?
3.        Kalimat tanya konfirmasi adalah kalimat tanya untuk pembenaran/penegasan.
Contoh: Apakah hari ini ada rapat dengan klien mengenai kerjasama?
4.        Kalimat tanya klarifikasi adalah kalimat tanya untuk penjernih suatu hal.
Contoh: Apakah benar berita kemalingan di rumah Dian?
5.        Kalimat tanya samar adalah kalimat tanya bukan untuk menggali informasi, klarifikasi dan konfirmasi, melainkan mempunyai maksud tertentu.
Contoh: Siapkah Anda berangkat pagi ini? (mengajak)

v  Contoh-contoh Kalimat Tanya
1.        Apa digunakan menanyakan benda, tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Contoh: Arsitek itu sedang merencanakan apa?
Apabila kata tanya tersebut dipindahkan ke awal kalimat, maka kalimat itu menjadi:
Apa yang sedang direncanakan arsitek itu?
2.        Siapa digunakan untuk menanyakan Tuhan, Malaikat dan orang.
Contoh: Siapa yang mencabut nyawa manusia?
3.        Mengapa digunakan untuk menanyakan perbuatan.
Contoh: Pegawai itu sedang mengapa?
4.        Kenapa digunakan untuk menanyakan sebab seperti halnya kata tanya mengapa.
Contoh: Kenapa Ahmad tidak pergi ke sekolah?
5.        Bagaimana digunakan menanyakan keadaan.
Contoh: Bagaimana nasib anak itu?
6.        Mana digunakan untuk menanyakan tempat. Di mana menanyakan tempat berada. Dari mana menanyakan tempat asal atau tempat yang ditinggalkan . Dan ke mana menanyakan tempat yang dituju.
Contoh: Ke mana nenek pergi?
7.        Kapan digunakan untuk menanyakan waktu.
Contoh: Kapan paman datang?
8.        Berapa digunakan untuk menanyakan jumlah bilangan.
Contoh: Berapa harga tas itu?

   Adapun penjelasan mengenai kalimat tidak baku dan kalimat baku, ragam tidak baku dan baku, serta kalimat tidak teratur dan teratur, yaitu sebagai berikut:
1.        Kalimat tidak baku
Contoh: Mengenai masalah ketunaan karya perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
Kalimat baku
Contoh: Masalah ketunakaryaan perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
2.        Ragam tidak baku
Contoh: Persoalan yang diajukan oleh Bapak Kepala Sekolah diulas kembali bersama Bapak Ketua P.O.MG.
Ragam baku
Contoh: Soal yang diajukan oelh Kepala Sekolah diulas kembali oleh Ketua POMG
3.        Kalimat tidak teratur
Contoh: Ini hari, kita bicarakan tentang soal harga, melainkan tentang mutu barang itu.
Kalimat teratur
Contoh: Hari ini kita tidak membicarakan soal harga, tetapi soal mutu barang itu.

H. Kalimat Bernalar
Kalimat bernalar merupakan satuan kalimat informasi yang berjalan selaras antara yang disampaikan oleh pihak pertama dapat diterima dengan “utuh” oleh pihak kedua.
Contoh:
Acara selanjutnya adalah sambutan dari ketua panitia. Waktu dan tempat kami persilakan.
Mungkin Anda pernah mendengar kalimat tersebut dalam sebuah diskusi atau pertemuan. Kalimat waktu dan tempat kami persilakan termasuk kalimat yang tidak logis karena kalimat ini tidak dapat diterima akal yang sehat. Padahal, yang harus memberikan sambutan adalah ketua panitia. Apakah betul waktu dan tempat dapat memberikan sambutan? Dalam kalimat sebelumnya, jelas bahwa yang akan memberikan sambutan adalah sang ketua panitia, bukan waktu dan tempat. Akan tetapi, dalam kalimat selanjutnya jalan pikiran pembawa acara tergelincir, yakni dengan mempersilakan waktu dan tempat. Dalam hal ini, seolah-olah yang diundangkan untuk datang ke mimbar pertemuan itu adalah waktu dan tempat.
Kalimat yang bernalar dari ucapan pembawa acara adalah sebagai berikut:
Acara selanjutnya adalah sambutan dari ketua panitia. Ketua panitia kami persilakan.

I. Kalimat Suruh (perintah)
   Pernyataan untuk mengerjakan sesuatu, menyatakan syarat kejadian, tafsiran bermakna ejekan atau sindiran dan mencegah atau melarang. Berdasarkan strukturnya kalimat suruh digolongkan menjadi empat, yaitu:



1.        Kalimat suruh sebenarnya
Ditandai oleh pola intonasi suruh, P nya terdiri dari kata verbal instrasitif, partikel -lah dapat ditambahkan untuk memperhalus perintah, sementara S, O, K nya boleh dipakai, boleh tidak.
Contoh: Beristirahatlah!
2.        Kalimat persilahan
Ditandai pola intonasi suruh, penambahan kata silahkan atau dipersilahkan di awal kalimat.
Contoh: Silahkan bapak duduk di sini!
3.        Kalimat ajakan
Sama halnya dengan kalimat persilahan dan kalimat suruh yang sebenarnya kalimat ajakan ini, berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, juga mengharapkan suatu tanggapan yang berupa tindakan, hanya perbedaannya tindakan itu di sini bukan hanya dilakukan oleh orang yang diajak berbicara, melainkan juga oleh orang yang berbicara atau penuturnya.
Contoh: Ayo kita jalan-jalan!
4.        Kalimat larangan
Kalimat yang menyatakan suatu pencegahan atau larangan dan harus dikerjakan oleh orang yang bersangkutan, serta partikel -lah dapat ditambahkan pada kata tersebut untuk memperhalus larangan.
Contoh: Janganlah engkau berangkat sendiri!

J. Kalimat Sederhana dan Kalimat Luas
Kalimat dapat dibagi atas dua bagian besar, yaitu kalimat sederhana dengan kalimat luas. Kalimat sederhana dibagi atas dua bagian, yaitu kalimat yang tak berklausa dan kalimat berklausa satu.
            Kalimat luas adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Kalimat luas itu bermacam-macam. Macam-macam kalimat luas terdiri atas kalimat luas setara dan kalimat luas tak setara (Alwi dkk, 2004)
Sebuah kalimat luas dapat dipulangkan pada pola-pola dasar yang dianggap menjadi dasar pembentukan kalimat itu luas itu.
a.         Pola kalimat I = kata benda-kata kerja
Contoh: Bunga disiram
Pola kalimat I disebut kalimat “verbal”
b.        Pola kalimat II = kata benda-kata sifat
Contoh: Wanita cantik
Pola kalimat II disebut pola kalimat “atributif”
c.         Pola kalimat III = kata benda-kata benda
Contoh: Saya Penulis
Pola pkir kalimat IIIdiseut kalimat nominal ataukalimat ekuasional. Kalimat ini mengandung kata kerja bantu, seperti : adalah, menjadi, merupakan.
d.        Pola kalimat IV(pola tambahan) = kata benda-adverbial
Contoh :Ibu ke pasar
Pola kalimat IV disebut kalimat adverbial
Suatu bentuk kalimat luashasil penggabungan atau perluasan kalimat tunggal sehingga membentuk satu polakalimat baru disamping pola yang ada.

Kalimat berklausa terdiri dari satu klausa dan dua klausa atau lebih. Kalimat yang terdiri dari satu klausa disebut kalimat sederhana. Sedangkan kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih disebut kalimat luas.
Contoh kalimat sederhana:
a.         Mahasiswa itu berusia 20 tahun
b.        Ia mengeluarkan handpond dari saku bajunya.
Contoh kalimat luas:
a.         Ia menutup laptopnya lalu pergi keluar ruangan
b.        Ia mengakui bahwa ia jatuh cinta kepadanya.

K. Kalimat Luas Yang Setara
Kalimat luas setara adalah struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal disebut kalimat luas setara.
Ciri-ciri kalimat luas antara lain :
1.        Kedudukan pola-pola  kalimat,sama derajatnya.
2.        Penggabungannya disertai  perubahan intonasi.
3.        Berkata tugas/penghubung, pembeda sifat kesetaraan.
4.        Pola umum uraian jabatan kat :S-P+S-P

L. Kalimat Luas Bertingkat
Kalimat luas bertingkat adalah kalimat yang mengandung satu kalimat dasar yang merupakan inti (utama) dan satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur kalimat inti itu misalnya keterangan, subjek, atau objek dapat disebut sebagai kalimat luas bertingkat jika diantara kedua unsur tersebut digunakan sebagai konjungtor. Konjungtor inilah yang membedakan struktur kalimat luas bertingkat dari kalimat setara.
Kalimat luas bertingkat dibentuk dari dua buah klausa, yang digabungkan menjadi satu. Biasanya dengan bantuan kata penghubung sebab, kalau, meskipun, dan sebagainya.
Penggabungan dua buah klausa menjadi kalimat luas bertingkat ini memberikan makna yang, antara lain menyatakan :
1.        Sebab
Contoh: Karena tidur terlalu larut  malam aku bangun kesiangan.
Anak kalimat dan induk kalimat pada kalimat bertingkat ini dapat dipertukarkan tempatnya. Kalau anak kalimat mendahului induk kalimat maka di muka induk kalimat dapat pula ditempatkan kata penghubung maka, misalnya:
-            Karena tidur terlalu larut malam, maka aku bangun kesiangan.
2.        Akibat
Contoh: Saya selalu menghabiskan waktu bersama teman-teman sampai saya lupa waktu istirahat.
Dalam kalimat luas bertingkatyang hubungannya menyatakan akibat ini,posisi anak kalimat selalu dibelakang induk kalimat.
3.        Syarat
Contoh: - Saya akan datang jika kamu datang.
4.        Tujuan
Contoh: Kamu harus bisa fokus agar kamu bisa mengerjakan apa yang akan kamu kerjakan.
5.        Waktu
Contoh: Sesudah kamu wisuda,kamu akan menikah.
6.        Kesungguhan
Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya menyatakan makna “kesungguhan” dibentuk dari buah yang digabungkan menjadi sebuah kalimat,biasanya dengan bantuan kata penghubung meskipun, biarpun, atau sungguhpun.
Contoh: Meskipun hujan, Saya tetap berangkat ke kampus.
7.        Pembatasan
Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya menyatakan “pembatasan” dibentuk dari dua buah klausa yang digabungkan menjadi sebuah kalimat,biasanya dengan bantuan kata penghubung kecuali atau hanya.
Contoh : Semua mahasiswa sudah hadir kecuali Hasan dan Rumi.
8.        Perbandingan
Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya menyatakan “perbandingan” dibentuk dari dua buah klausa, biasanya dengan bantuan kata penghubung seperti dan bagai.
Contoh: Dia terkejut bukan main seperti mendengar suara  petir yang menggelegar.

M. Kalimat Luas Tidak Setara
Dalam kalimat luas yang tidak setara klausa yang satu merupakan bagian dari klausa lainnya. Klausa yang merupakan bagian dari klausa lainnya itu disebut bukan inti, sedangkan lainnya disebut inti.
Kalimat bukan inti itu kadang-kadang merupakan Objek bagi klausa ini.
Contoh: Ia berkata bahwa ia mencintaiku.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat berfungsi mengungkapkan informasi secara tepat, cepat, dan mudah dipahami dan mempunyai hubungan kalimat, penekanan dan pengucapannya. Di mana dalam penyusunan kalimat efektif sangat perlu diperhatikan struktur kalimat, kelugasan penyusunan kata serta faktor-faktor lainnya agar kalimat yang disusun menjadi kalimat utuh yang efektif.
Unsur-unsur dalam kalimat efektif, ialah: subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel) dan keterangan (Ket) dan mengenai syarat-syarat kalimat efektif meliputi: koherensi, kesatuan, kehematan, paralelisme atau kesejajaran, penekanan, kevariasian dan logis/nalar.
Kalimat tanya adalah kalimat yang dimaksud untuk mendapat jawaban berupa informasi, penjelasan atau pertanyaan. Kalimat bernalar ialah satuan kalimat informasi yang berjalan selaras antara yang disampaikan oleh pihak pertama dapat diterima dengan “utuh” oleh pihak kedua. Kalimat suruh (perintah) merupakan pernyataan untuk mengerjakan sesuatu, menyatakan syarat kejadian, tafsiran bermakna ejekan atau sindiran dan mencegah atau melarang. Kalimat sederhana dibagi atas dua bagian, yaitu kalimat yang tak berklausa dan kalimat berklausa satu. Kalimat luas adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Kalimat luas setara adalah struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal disebut kalimat luas setara. Kalimat luas bertingkat adalah kalimat yang mengandung satu kalimat dasar yang merupakan inti (utama) dan satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur kalimat inti itu misalnya keterangan, subjek, atau objek dapat disebut sebagai kalimat luas bertingkat jika diantara kedua unsur tersebut digunakan sebagai konjungtor. Kalimat luas yang tidak setara klausa yang satu merupakan bagian dari klausa lainnya.

B.       Saran
Pentingnya dalam berkomunikasi memahami penggunaan kalimat efektif, agar informasi yang berjalan cepat selaras antara gagasan yang disampaikan oleh pihak pertama dapat diterima dengan “utuh” oleh pihak kedua.






DAFTAR PUSTAKA
 Media Cetak

Dewi, Ponco, Dra. Rr K, MM. 2015. Modul Bahasa Indonesia. Jakarta: Fakultas Ekonomi.
       
    Media Internet