BAB VI
MAKALAH KALIMAT EFEKTIF
Dipersembahkan untuk Bahasa Indonesia
Disusun Oleh :
Defi
Lestari (8143136673)
Ria
Vinola Widia Wati (8143136659)
Santi
Rahmawati (8143136650)
PROGRAM
STUDI SEKRETARI
JURUSAN EKONOMI DAN
ADMINISTRASI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI
JAKARTA
2015
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga
berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “Kalimat
Efektif” sebagai tugas kelompok dosen Ibu Dra. Rr. Ponco Dewi K, MM mata kuliah Bahasa Indonesia.
Makalah ini berisikan tentang informasi penyusunan
kalimat efektif yang baik dan benar. Diharapkan makalah ini dapat memberikan pemahaman tentang konsep penggunaan kalimat efektif.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih
banyak kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam proses penyusunan
makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua yang membacanya.
Jakarta,
2 Oktober 2015
Penyusun
Kelompook IX
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar ....................................................................................................... ii
Daftar
Isi................................................................................................................
iii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 3
B. Rumusan
Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan
.................................................................................................. 5
D. Manfaat
................................................................................................ 5
BAB II. PEMBAHASAN ..................................................................................... 6
A. Pengertian ............................................................................................ 6
B. Persyaratan
Kalimat ............................................................................. 6
C. Syarat-syarat
Kalimat Efektif .............................................................. 6
D. Kalimat
................................................................................................. 7
E. Struktur
Kalimat ................................................................................ 10
F. Kalimat
Efektif .................................................................................. 10
G. Kalimat
Tanya .................................................................................... 13
H. Kalimat
Bernalar ................................................................................ 16
I. Kalimat
Suruh (perintah) .................................................................... 16
J. Kalimat
Sederhana dan Kalimat Luas .......................................... ..... 17
K. Kalimat
Luas Yang Setara ................................................................. 18
L. Kalimat
Luas Bertingkat .............................................................. ..... 19
M. Kalimat
Luas Tidak Setara 20
BAB III. PENUTUP ........................................................................................... 21
A.
Kesimpulan ........................................................................................ 21
B. ....................................................................................................... Saran
.......... 22
Daftar Pustaka ....................................................................................................... iv
BAB 1
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan suatu alat komunikasi digunakan manusia.
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan inti atau gagasan
yang disampaikan oleh manusia dengan mengungkapkan bahasa yang baik. Komunikasi
dengan menggunakan bahasa Indonesia terwujud secara efektif, apabila digunakan
sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Dapat dikatakan komunikasi yang baik atau
berhasil, apabila gagasan dapat diterima sebagaimana yang dimaksud/diinginkan. Dalam
kehidupan sehari-hari, kita kerap menggunakan bahasa Indonesia. Ia merupakan
bahasa yang penting di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dilihat dari
kedudukannya dalam khazanah kehidupan berbangsa dan bernegara, bahasa Indonesia
memiliki dua pengertian, yaitu sebagai bahasa
nasional dan sebagai bahasa
negara.
Bahasa Indonesia dalam
kedudukannya sebagai bahasa nasional, didasarkan pada Sumpah Pemuda tanggal 28
Oktober 1928, terutama butir ketiga yang berbunyi: "Kami putra dan putri
Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia". Sementara dalam
kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara didasarkan pada Undang-Undang
Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36 yang berbunyi, "Bahasa negara adalah bahasa
Indonesia".
Sebagai bahasa
nasional, bahasa Indonesia memiliki beberapa fungsi. Pertama, sebagai lambang kebanggaan nasional. Artinya,
bahwa bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari
rasa kebangsaan bangsa Indonesia. Fungsi kedua dari bahasa Indonesia dalam
kedudukannya sebagai bahasa nasional adalah sebagai lambang jati diri atau identitas nasional. Artinya, bahwa bahasa
Indonesia merupakan cerminan kepribadian bangsa Indonesia secara eksistensi. Selain
sebagai lambang jati diri atau identitas nasional, bahasa Indonesia dalam
kedudukannnya sebagai bahasa nasional juga memiliki fungsi sebagai alat pemersatu berbagai masyarakat yang
berbeda latar belakang sosial, budaya, dan bahasanya. Artinya, bahwa
bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi di seluruh pelosok
Indonesia. Fungsi terakhir yang dimiliki oleh bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional adalah sebagai alat
perhubungan antarbudaya dan antardaerah. Artinya, bahwa dengan adanya
bahasa Indonesia dan penggunaan bahasa Indonesia bangsa Indonesia mendahulukan
kepentingan nasional ketimbang kepentingan daerah, suku ataupun golongan.
Tadi telah dipaparkan,
bahwa bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa negara. Sebagai bahasa
negara, bahasa Indonesia memiliki beberapa fungsi. Pertama sebagai bahasa resmi negara. Sebagai bahasa
resmi negara, bahasa Indonesia digunakan untuk berbagai keperluan kenegaraan,
baik lisan maupun tulis, seperti pidato-pidato kenegaraan, dokumen-dokumen
resmi negara, dan sidang-sidang yang bersifat kenegaraan. Semua itu dilakukan
dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantarnya.
Fungsi kedua bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa negara adalah sebagai bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan. Dalam fungsinya ini, bahasa Indonesia digunakan sebagai sarana penyampai ilmu pengetahuan kepada anak didik di bangku pendidikan dari tingkat taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi, baik negri maupun swasta.
Selain sebagai bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan, bahasa Indonesia, sebagai bahasa negara, juga memiliki fungsi sebagai bahasa resmi dalam perhubungan pada tingkat nasional, baik untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan maupun untuk kepentingan pemerintahan. Artinya, bahwa bahasa Indonesia tidak saja hanya digunakan sebagai alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat luas, melainkan juga digunakan sebagai alat komunikasi penduduk di seluruh pelosok Indonesia.
Fungsi terakhir dari bahasa Indonesia sebagai bahasa negara adalah sebagai bahasa resmi di dalam kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Artinya, bahwa bahasa Indonesia dipakai sebagai alat untuk mengembangkan dan membina iptek dan kebudayaan nasional sehingga tercipta satu ciri khas yang menandakan satu kesatuan negara Indonesia dan bukannya kedaerahan.
Fungsi kedua bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa negara adalah sebagai bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan. Dalam fungsinya ini, bahasa Indonesia digunakan sebagai sarana penyampai ilmu pengetahuan kepada anak didik di bangku pendidikan dari tingkat taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi, baik negri maupun swasta.
Selain sebagai bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan, bahasa Indonesia, sebagai bahasa negara, juga memiliki fungsi sebagai bahasa resmi dalam perhubungan pada tingkat nasional, baik untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan maupun untuk kepentingan pemerintahan. Artinya, bahwa bahasa Indonesia tidak saja hanya digunakan sebagai alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat luas, melainkan juga digunakan sebagai alat komunikasi penduduk di seluruh pelosok Indonesia.
Fungsi terakhir dari bahasa Indonesia sebagai bahasa negara adalah sebagai bahasa resmi di dalam kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Artinya, bahwa bahasa Indonesia dipakai sebagai alat untuk mengembangkan dan membina iptek dan kebudayaan nasional sehingga tercipta satu ciri khas yang menandakan satu kesatuan negara Indonesia dan bukannya kedaerahan.
Untuk
dapat meraih kedudukannya sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, bahasa
Indonesia memiliki sejarah yang sangat panjang. Telah diketahui bersama bahwa
bahasa Indonesia yang kita gunakan saat ini berasal dari bahasa Melayu.
Ada
beberapa alasan yang menyebabkan diangkatnya bahasa Melayu sebagai bahasa
Indonesia. Pertama, bahwa bahasa melayu merupakan lingua franca (bahasa
yang dipergunakan sebagai alat komunikasi sosial di antara orang-orang yang
berlainan bahasanya) di Indonesia. Jauh sebelum bahasa Indonesia ada dan
dipergunakan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara di Indonesia, bahasa
Melayu sudah terlebih dahulu menjadi alat komunikasi di Indonesia. Ini dapat
dilihat dari banyaknya prasasti-prasasti pada zaman kerajaan Sriwijaya (kisaran
abad VII) yang ditulis dengan menggunakan bahasa Melayu, seperti prasasti di
Talang Tuwo, Palembang yang berangka tahun 684, prasasti di Kota Kapur, Bangka
Barat yang berangka tahun 686, ataupun prasasti Karang Brahi yang berangka
tahun 686. Selain itu, keberadaan bahasa Melayu sebagai lingua franca di
Indonesia juga dapat dilihat dari daftar kata-kata yang disusun oleh seorang
Portugis bernama Pigafetta pada tahun 1522. Daftar tersebut dia susun
berdasarkan kata-kata dari bahasa Melayu yang ada dan tersebar penggunaan di
kepulauan Maluku. Atau juga pada surat keputusan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah kolonial Belanda. Surat keputusan yang bernomor K.B. 1871 No. 104
menyatakan bahwa pengajaran di sekolah-sekolah bumi putera diberi dalam bahasa
Daerah, kalau tidak dipakai bahasa Melayu.
Alasan
kedua yang meyebabkan diangkat bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia adalah
kesederhanaan sistem bahasa Melayu yang tidak memiliki tingkatan. Tidak seperti
bahasa Jawa yang memiliki tingkatan seperti kromo, kromo madya, dan ngoko,
bahasa Melayu tidak mengenal sistem tingkatan seperti itu. Bahasa Melayu tidak
mengenal tingkatan-tingkatan dalam sistem berbahasanya inilah yang menciptakan
kesan bahasa Melayu mudah untuk dipelajari.
Selain
itu, diterima dan diangkatnya bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia disebabkan
karena kerelaan berbagai suku di Indoensia untuk menerima bahasa Melayu sebagai
bahasa nasional bangsa Indonesia. Bentuk kerelaan ini puncaknya terjadi pada
Kongres Pemuda Indonesia tanggal 28 Oktober 1928 yang melahirkan teks Naskah
Sumpah Pemuda, yang salah satu butirnya berbunyi, "Kami putra dan putrid
Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Alasan
keempat atau alasan terakhir yang menyebabkan diangkatnya bahasa Melayu sebagai
bahasa Indonesia adalah kesanggupan bahasa Melayu untuk dipakai sebagai bahasa
kebudayaan dalam arti yang luas. Kesanggupan ini dibuktikan dengan keberadaan
bahasa Melayu yang merupakan alat perhubungan antara orang-orang yang berlainan
bahasanya di Indonesia. Sebagai alat perhubungan tersebut, bahasa Melayu telah
mampu membuktikan kemampuannya dalam menterjemahkan segala perilaku dan
bentuk-bentuk budaya yang ada di Indonesia, sehingga mereka yang berada di luar
wilayah kebudayaan Indonesia pun dapat memahami segala bentuk dan perilaku
kebudayaan yang ada di Indonesia.
Dalam berkomunikasi dengan
orang lain, kita mengenal bahasa lisan dan bahasa tulisan. Kedua bahasa ini
sering menimbulkan kesalahpahaman. Penggunaan kalimat yang baik dan benar (yang
disebut kalimat efektif) akan memudahkan pemahanam orang lain sehingga
kesalahpahaman yang sering terjadi dapat terhindarkan.
Untuk menjadikan kalimat yang diucapkan atau ditulis mudah
dimengerti oleh orang lain, ada dua syarat yang harus dipenuhi. Pertama,
kalimat tersebut secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara
atau penulis. Kedua, kalimat tersebut sanggup menimbulkan gagasan yang sama
tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh
pembicara atau penulis. Faktor
yang menjadikan gagasan diterima dengan baik adalah penggunaan kalimat yang
baik dan benar serta penggunaan huruf dan tanda baca yang sesuai dengan kaidah
tatabahasa.
B. Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang diatas maka rumusan masalah yang ada yaitu :
1. Apa yang
dimaksud dengan kalimat efektif?
2. Apa syarat
yang mendasari kalimat efektif?
3. Bagaimana
struktur kalimat efektif?
4. Apa maksud
dari kalimat tanya, bernalar, suruh (perintah), sederhana, luas, luas
bertingkat, luas tidak setara?
1.
Sebagai tugas kelompok dari mata kuliah Bahasa Indonesia.
2.
Penulis dapat lebih mengerti pembahasan mengenai konsep dasar penggunaan
Kalimat Efektif.
3.
Dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Dari
rumusan masalah yang ada maka manfaat penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui gambaran umum kalimat efektif.
2. Memahami syarat
yang mendasari kalimat efektif.
3. Mengerti struktur
kalimat efektif.
4. Memberi
pemahaman mengenai kalimat tanya, bernalar, suruh (perintah), sederhana, luas,
luas bertingkat, luas tidak setara.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kalimat efektif
adalah satuan bahasa yang didahului dan diakhiri oleh kesenyapan, intonasinya
menunjukan kelengkapan ujaran dengan makna gramatikal.
B.
Persyaratan Kalimat
·
Kelengkapan struktur subjek dan predikat
·
Pemutasian subjek dan predikat
·
Perwujudan makna gramatikal berdasarkan
struktur
C.
Syarat - syarat Kalimat Efektif
1.
Koherensi
Adalah
Hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur - unsur (kata atau
kelompok kata) yang membentuk kata itu.
2.
Kesatuan
Suatu
kalimat efektif harus mempunyai struktur yang baik. Artinya, kalimat itu harus
memiliki unsur - unsur subyek dan predikat, atau bisa ditambah dengan obyek,
keterangan, dan pelengkap yang bisa melahirkan arti yang merupakan ciri - ciri
keutuhan kalimat.
3.
Kehematan
Yang dimaksud disini
adalah kehematan dalam pemakain kata, frase atau bentuk lainnya yang dianggap
tidak diperlukan. Kehematan tersebut menyangkut soal gramatikal dan makna kata.
Namun, dalam hal ini tidak berarti bahwa kata yang menambah kejelasan kalimat
boleh dihilangkan.
4.
Paralelisme atau
kesejajaran
Adalah kesamaan bentuk
kata atau imbuhan yang digunaka dalam kalimat itu Jika pertama menggunakan
verba, maka bentuk kedua juga menggunakan verba. Lalu, jika kalimat pertama
menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya juga harus
menggunakan kata kerja berimbuhan me-, juga.
5. Penekanan
Gagasan pokok atau misi
yang ingin ditekankan oleh pembicara biadanya dilakukan dengan memperlambat
ucapan, melirihkan suara, dan sebagainya pada bagian kalimat tadi.
6.
Kevariasian
Untuk menghindari
kebosanan dan keletihan saat membaca, diperlukan variasi dalam teks. Ada
kalimat yang dimulai dengan subyek, predikat atau keterangan. Ada kalimat yang
pendek dan panjang
7.
Logis/Nalar
Suatu kalimat dikatakan
logis apabila informasi dalam kalimat tersebut dapat diterima oleh akal atau
nalar. Logis atau tidaknya kalimat dilihat dari segi maknanya, bukan
strukturnya. Suatu kalimat dikatakan logis apabila gagasan yang disampaikan
masuk akal, hubungan antar gagasan dalam kalimat masuk akal, dan hubungan
gagasan pokok serta gagasan penjelas juga masuk akal.
D.
Kalimat
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
menyampaikan pesan (informasi) secara singkat, lengkap, dan mudah diterima oleh
pendengar. Yang dimaksud singkat dalam hal ini adalah hemat dalam penggunaan
kata -kata. Hanya kata - kata yang diperlukan saja yang digunakan. Penggunaan
kata yang tidak perlu atau mubadzir berarti sama saja dengan pemborosan. Hal
itu tentu bertentangan dengan prinsip kalimat efektif yang hemat. Meskipun dalam
kalimat efektif hemat dalam penggunaan kata, kalimat efektif tetap juga harus
lengkap yang artinya semua itu harus disampaikan.
1.
Unsur Kalimat
Ø Subjek
Adalah bagian kalimat
yang menjadi gagasan pokok, unsur utama kalimat, dan berupa kata benda.
Ciri
- ciri subjek :
ü Jawaban
apa atau siapa
ü Disertai
kata itu
ü Didahului
kata bahwa
ü Tidak
didahului preposisi atau depan
ü Berupa
kata benda atau frase benda
Subjek
|
Predikat
|
Ibunya
|
Karyawan Bank
|
Mereka
|
Bekerja
|
Kami
|
Rajin
|
Mereka
|
Berlima
|
Ø Predikat
Bagian kalimat yang
menerangkan subjek berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan.
Ciri - ciri
predikat :
ü Jawaban
mengapa atau bagaimana
ü Disertai
kata adalah, yakni, yaitu, merupakan
ü Dapat
diingkarkan
ü Dapat
disertai kata keterangan aspek
ü Dapat
disertai kata keterangan modalitas
ü Tidak
didahului kaya yang
ü Predikat
dapat berupa:
1. Kata
benda atau frase benda.
2. Kata
kerja atau frase kerja.
3. Kata
sifat atau frase sifat.
4. Kata
bilangan atau frase bilangan.
5. Kata
depan atau frase depan.
Ø Objek
Adalah bagian dari
kalimat yang berfungsi melengkapi predikat yang berupa kata kerja transitif.
Ciri - ciri Objek :
ü Langsung
dibelakang predikat kata yang berupa kata kerja transitif.
ü Dapat
menjadi subjek kalimat pasif.
ü Tidak
didahului preposisi
Subjek
|
Predikat
|
Objek
|
Mereka
|
Mendistribusikan
|
Bahan Ujian
|
Ia
|
Melaporkan
|
Hal itu
|
Ø Pelengkap
Adalah bagian dari
kalimat yang berfungsi melengkapi objek, mengkhususkan makna objek.
Ciri - ciri Pelengkap :
ü Terletak
dibelakang objek.
ü Bukan
unsur utama
Subjek
|
Predikat
|
Objek
|
Pelengkap
|
-Adik
|
Bermain
|
Bola
|
Basket
|
-Ibu
|
Membelikan
|
Adik
|
Baju
|
Ø Keterangan
Adalah bagian dari
kalimat yang berfungsi menjelaskan subjek, predikat, atau objek yang sekedar
membahas penjelasan.
Ciri - ciri keterangan
:
ü Bukan
unsur utama.
ü Tidak
terkait posisi.
ü Tidak
terkait posisi.
1. Keterangan
waktu
2. Keterangan
tempat
3. Keterangan
tujuan
4. Keterangan
sebab
5. Keterangan
akibat
6. Keterangan
tambahan
7. Keterangan
aposisi
8. Keterangan
aspek
Predikat
|
Objek
|
Pelengkap
|
Keterangan
|
Bermian
|
Bola
|
Basket
|
Kemarin
|
Membaca
|
-Buku
|
Cerita
|
Dikelas
|
E.
Struktur Kalimat
·
Struktur kalimat dasar terdiri dari,
ü Pola
kalimat dasar
ü Tipe
kalimat
·
Struktur kalimat tunggal terdiri dari,
ü Pola
kalimat tunggal
·
Struktur kalimat
majemuk terdiri dari,
ü Kalimat
majemuk setara
ü Kalimat
majemuk bertingkat
ü Kalimat
majemuk campuran
F.
Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah
kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis sehingga pembaca
atau pendengar dapat menerima maksud/arti serta tujuannya seperti yang dimaksud
penulis/pembicara
Syarat - syarat kalimat efektif :
A. SATU
GAGASAN
Memiliki
subyek, predikat, yang saling mendukung serta membentuk kesatuan tunggal.
Pasien harus diprioritaskan. Obat
cacing diminum
S
|
S
|
P
|
P
|
B. SEPADAN
Keseimbangan antara
pikiran dan struktur bahasa yang digunakan. Tidak
terdapat subjek ganda.
Contoh :
Orang itu
gerak-geriknya mencurigakan. Orang itu mencurigakan Gerak-geriknya mencurigakan.
Kata
penghubung intra kalimat tidak digunakan dalam kalimat tunggal.
Contoh :
1)
Saya datang agak
terlambat, sehingga tidak dapat mengikuti acara pertama.
2)
Saya datang agak
terlambat. Saya tidak dapat mengikuti pelajaran jam pertama.
C. PARALEL
Kesamaan atau kesejajaran
bentuk kata/frasa yang digunakan dalam sebuah kalimat.
Contoh:
Semakin bertambah umur
seharusnya manusia semakin baik,
bijaksana, dan tanggung jawab
D. HEMAT
Kalimat efektif tidak
boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih.
Contoh:
Bunga-bunga mawar,
anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga -
bunga dalam kalimat diatas tidak perlu. Dalam kata mawar, anyelir, dan melati
terkandung makna bunga. Beberapa hal yang perlu dihindari:
§
Hindari
pengulangan subjek
Contoh:
Saya datang agak
terlambat sehingga tidak dapat mengikuti acara pertama
§ Hindari
pemakaian superordinat pada hiponimi
kata
Contoh:
Ayah saya dilahirkan pada Jumat 17 Agustus
1945
§
Hindari kesinoniman
yang tidak diperlukan dalam satu kalimat
Contoh:
Sejak dari tadi dia hanya termenung saja
§
Hindari penjamakan yang
tidak diperlukan pada kata yang sudah bermakna jamak.
Contoh:
Banyak gedung-gedung pencakar langit di Jakarta.
E. CERMAT
Cermat dalam pemilihan
dan penggunaan kata-kata. Tepat dan tidak menimbulkan penafsiran ganda.
F.
SEJAJAR
Memiliki kesamaan
bentukan atau imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja
berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Contoh:
·
Kakak menolong anak itu
dengan memapahnya ke pinggir jalan
·
Kakak menolong anak itu
dengan dipapahnya ia ke pinggir jalan
G. PENEKANAN
Kalimat yang
dipentingkan harus diberi penekanan. Beberapa metode penekanan anatara lain :
ü Mengubah
posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan
kalimat.
ü Mengubah
partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel -lah, -pun, dan –kah.
ü Menggunakan
repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
ü Menggunakan
pertentangan yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan
makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
H. PADU
Kepaduan pernyataan
dalam kalimat sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah.
I.
LOGIS
Kalimat efektif harus
mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki
hubungan yang logis atau masuk akal.
Contoh:
ü Rektor
Universitas Jaya Raya kami persilahkan untuk memberi sambutan (logis).
ü Waktu
dan tempat dipersilahkan untuk memberi sambutan. waktu dan tempat tak dapat
dipersilahkan (tak logis).
G. Kalimat Tanya
v
Pengertian
Kalimat yang dimaksud untuk mendapat
jawaban berupa informasi, penjelasan atau pertanyaan.
v
Ciri-ciri Kalimat Tanya
1.
Menggunakan
kata tanya (5W+1H).
2.
Membalikan
urutan kata.
3.
Menambah
kata buka/tidak, partikel –kah.
4.
Intonasi
naik.
v
Macam-macam Kalimat Tanya
1.
Kalimat
tanya retoris adalah kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban.
Contoh: Apalagi yang dapat kita kerjakan, kecuali
hanya memohon pertolongan Tuhan?
2.
Kalimat
tanya biasa adalah kalimat tanya yang hanya memerlukan jawaban.
Contoh: Siapa yang menulis artikel itu?
3.
Kalimat
tanya konfirmasi adalah kalimat tanya untuk pembenaran/penegasan.
Contoh: Apakah hari ini ada rapat dengan klien mengenai
kerjasama?
4.
Kalimat
tanya klarifikasi adalah kalimat tanya untuk penjernih suatu hal.
Contoh:
Apakah benar berita kemalingan di rumah Dian?
5.
Kalimat
tanya samar adalah kalimat tanya bukan untuk menggali informasi, klarifikasi
dan konfirmasi, melainkan mempunyai maksud tertentu.
Contoh:
Siapkah Anda berangkat pagi ini? (mengajak)
v
Contoh-contoh Kalimat Tanya
1.
Apa
digunakan menanyakan benda, tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Contoh:
Arsitek itu sedang merencanakan apa?
Apabila
kata tanya tersebut dipindahkan ke awal kalimat, maka kalimat itu menjadi:
Apa
yang sedang direncanakan arsitek itu?
2.
Siapa
digunakan untuk menanyakan Tuhan, Malaikat dan orang.
Contoh:
Siapa yang mencabut nyawa manusia?
3.
Mengapa
digunakan untuk menanyakan perbuatan.
Contoh:
Pegawai itu sedang mengapa?
4.
Kenapa
digunakan untuk menanyakan sebab seperti halnya kata tanya mengapa.
Contoh:
Kenapa Ahmad tidak pergi ke sekolah?
5.
Bagaimana
digunakan menanyakan keadaan.
Contoh:
Bagaimana nasib anak itu?
6.
Mana
digunakan untuk menanyakan tempat. Di mana menanyakan tempat berada. Dari mana
menanyakan tempat asal atau tempat yang ditinggalkan . Dan ke mana menanyakan
tempat yang dituju.
Contoh:
Ke mana nenek pergi?
7.
Kapan
digunakan untuk menanyakan waktu.
Contoh:
Kapan paman datang?
8.
Berapa
digunakan untuk menanyakan jumlah bilangan.
Contoh:
Berapa harga tas itu?
Adapun
penjelasan mengenai kalimat tidak baku dan kalimat baku, ragam tidak baku dan
baku, serta kalimat tidak teratur dan teratur, yaitu sebagai berikut:
1.
Kalimat
tidak baku
Contoh: Mengenai
masalah ketunaan karya perlu
segera diselesaikan dengan tuntas.
Kalimat baku
Contoh: Masalah ketunakaryaan
perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
2.
Ragam
tidak baku
Contoh: Persoalan
yang diajukan oleh Bapak Kepala
Sekolah diulas kembali bersama Bapak Ketua P.O.MG.
Ragam baku
Contoh: Soal yang diajukan oelh Kepala Sekolah
diulas kembali oleh Ketua POMG
3.
Kalimat
tidak teratur
Contoh:
Ini hari, kita bicarakan tentang soal harga, melainkan tentang mutu barang itu.
Kalimat
teratur
Contoh:
Hari ini kita tidak membicarakan soal harga, tetapi soal
mutu barang itu.
H. Kalimat Bernalar
Kalimat bernalar merupakan
satuan kalimat informasi yang
berjalan selaras antara yang disampaikan oleh
pihak pertama dapat diterima dengan “utuh” oleh pihak kedua.
Contoh:
Acara selanjutnya adalah sambutan dari ketua
panitia. Waktu dan tempat kami persilakan.
|
Mungkin
Anda pernah mendengar kalimat tersebut dalam sebuah diskusi atau pertemuan. Kalimat
waktu dan tempat kami persilakan termasuk kalimat yang tidak logis karena
kalimat ini tidak dapat diterima akal yang sehat. Padahal, yang harus
memberikan sambutan adalah ketua panitia. Apakah betul waktu dan tempat dapat
memberikan sambutan? Dalam kalimat sebelumnya, jelas bahwa yang akan memberikan
sambutan adalah sang ketua panitia, bukan waktu dan tempat. Akan tetapi, dalam
kalimat selanjutnya jalan pikiran pembawa acara tergelincir, yakni dengan
mempersilakan waktu dan tempat. Dalam hal ini, seolah-olah yang diundangkan
untuk datang ke mimbar pertemuan itu adalah waktu dan tempat.
Kalimat
yang bernalar dari ucapan pembawa acara adalah sebagai berikut:
Acara selanjutnya adalah sambutan dari ketua
panitia. Ketua panitia kami persilakan.
|
I. Kalimat Suruh (perintah)
Pernyataan
untuk mengerjakan sesuatu, menyatakan syarat kejadian, tafsiran bermakna ejekan
atau sindiran dan mencegah atau melarang. Berdasarkan strukturnya kalimat suruh
digolongkan menjadi empat, yaitu:
1.
Kalimat
suruh sebenarnya
Ditandai
oleh pola intonasi suruh, P nya terdiri dari kata verbal instrasitif, partikel -lah
dapat ditambahkan untuk memperhalus perintah, sementara S, O, K nya boleh
dipakai, boleh tidak.
Contoh:
Beristirahatlah!
2.
Kalimat
persilahan
Ditandai
pola intonasi suruh, penambahan kata silahkan atau dipersilahkan di awal
kalimat.
Contoh:
Silahkan bapak duduk di sini!
3.
Kalimat
ajakan
Sama
halnya dengan kalimat persilahan dan kalimat suruh yang sebenarnya kalimat
ajakan ini, berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, juga mengharapkan
suatu tanggapan yang berupa tindakan, hanya perbedaannya tindakan itu di sini
bukan hanya dilakukan oleh orang yang diajak berbicara, melainkan juga oleh
orang yang berbicara atau penuturnya.
Contoh:
Ayo kita jalan-jalan!
4.
Kalimat
larangan
Kalimat
yang menyatakan suatu pencegahan atau larangan dan harus dikerjakan oleh orang
yang bersangkutan, serta partikel -lah dapat ditambahkan pada kata tersebut
untuk memperhalus larangan.
Contoh:
Janganlah engkau berangkat sendiri!
J. Kalimat Sederhana dan
Kalimat Luas
Kalimat dapat dibagi
atas dua bagian besar, yaitu kalimat sederhana dengan kalimat luas. Kalimat
sederhana dibagi atas dua bagian, yaitu kalimat yang tak berklausa dan kalimat
berklausa satu.
Kalimat
luas adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Kalimat luas itu
bermacam-macam. Macam-macam kalimat luas terdiri atas kalimat luas setara dan
kalimat luas tak setara (Alwi dkk, 2004)
Sebuah kalimat luas
dapat dipulangkan pada pola-pola dasar yang dianggap menjadi dasar pembentukan
kalimat itu luas itu.
a.
Pola kalimat I = kata
benda-kata kerja
Contoh:
Bunga disiram
Pola
kalimat I disebut kalimat “verbal”
b.
Pola kalimat II = kata
benda-kata sifat
Contoh: Wanita cantik
Pola kalimat II disebut
pola kalimat “atributif”
c.
Pola kalimat III = kata
benda-kata benda
Contoh: Saya Penulis
Pola pkir kalimat
IIIdiseut kalimat nominal ataukalimat ekuasional. Kalimat ini mengandung kata
kerja bantu, seperti : adalah, menjadi, merupakan.
d.
Pola kalimat IV(pola
tambahan) = kata benda-adverbial
Contoh :Ibu ke pasar
Pola kalimat IV disebut
kalimat adverbial
Suatu bentuk kalimat
luashasil penggabungan atau perluasan kalimat tunggal sehingga membentuk satu
polakalimat baru disamping pola yang ada.
Kalimat
berklausa terdiri dari satu klausa dan dua klausa atau lebih. Kalimat yang
terdiri dari satu klausa disebut kalimat sederhana. Sedangkan kalimat yang
terdiri dari dua klausa atau lebih disebut kalimat luas.
Contoh kalimat sederhana:
a.
Mahasiswa itu berusia
20 tahun
b.
Ia mengeluarkan
handpond dari saku bajunya.
Contoh kalimat luas:
a.
Ia menutup laptopnya
lalu pergi keluar ruangan
b.
Ia mengakui bahwa ia
jatuh cinta kepadanya.
K.
Kalimat Luas Yang Setara
Kalimat luas setara
adalah struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya dua
kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal disebut
kalimat luas setara.
Ciri-ciri kalimat luas antara lain :
1.
Kedudukan
pola-pola kalimat,sama derajatnya.
2.
Penggabungannya
disertai perubahan intonasi.
3.
Berkata
tugas/penghubung, pembeda sifat kesetaraan.
4.
Pola umum uraian
jabatan kat :S-P+S-P
L.
Kalimat Luas Bertingkat
Kalimat luas bertingkat
adalah kalimat yang mengandung satu kalimat dasar yang merupakan inti (utama)
dan satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu
unsur kalimat inti itu misalnya keterangan, subjek, atau objek dapat disebut
sebagai kalimat luas bertingkat jika diantara kedua unsur tersebut digunakan
sebagai konjungtor. Konjungtor inilah yang membedakan struktur kalimat luas
bertingkat dari kalimat setara.
Kalimat luas bertingkat
dibentuk dari dua buah klausa, yang digabungkan menjadi satu. Biasanya dengan
bantuan kata penghubung sebab, kalau, meskipun, dan sebagainya.
Penggabungan dua buah
klausa menjadi kalimat luas bertingkat ini memberikan makna yang, antara lain
menyatakan :
1.
Sebab
Contoh: Karena tidur
terlalu larut malam aku bangun
kesiangan.
Anak kalimat dan induk
kalimat pada kalimat bertingkat ini dapat dipertukarkan tempatnya. Kalau anak
kalimat mendahului induk kalimat maka di muka induk kalimat dapat pula
ditempatkan kata penghubung maka, misalnya:
-
Karena tidur terlalu
larut malam, maka aku bangun kesiangan.
2.
Akibat
Contoh: Saya selalu
menghabiskan waktu bersama teman-teman sampai saya lupa waktu istirahat.
Dalam kalimat luas
bertingkatyang hubungannya menyatakan akibat ini,posisi anak kalimat selalu
dibelakang induk kalimat.
3.
Syarat
Contoh: - Saya akan datang
jika kamu datang.
4.
Tujuan
Contoh: Kamu harus bisa
fokus agar kamu bisa mengerjakan apa yang akan kamu kerjakan.
5.
Waktu
Contoh: Sesudah kamu wisuda,kamu akan menikah.
Contoh: Sesudah kamu wisuda,kamu akan menikah.
6.
Kesungguhan
Kalimat luas bertingkat
yang hubungan klausa-klausanya menyatakan makna “kesungguhan” dibentuk dari
buah yang digabungkan menjadi sebuah kalimat,biasanya dengan bantuan kata
penghubung meskipun, biarpun, atau sungguhpun.
Contoh: Meskipun hujan,
Saya tetap berangkat ke kampus.
7.
Pembatasan
Kalimat luas bertingkat
yang hubungan klausa-klausanya menyatakan “pembatasan” dibentuk dari dua buah
klausa yang digabungkan menjadi sebuah kalimat,biasanya dengan bantuan kata
penghubung kecuali atau hanya.
Contoh : Semua
mahasiswa sudah hadir kecuali Hasan dan Rumi.
8.
Perbandingan
Kalimat luas bertingkat
yang hubungan klausa-klausanya menyatakan “perbandingan” dibentuk dari dua buah
klausa, biasanya dengan bantuan kata penghubung seperti dan bagai.
Contoh: Dia terkejut
bukan main seperti mendengar suara petir
yang menggelegar.
M.
Kalimat Luas Tidak Setara
Dalam kalimat luas yang
tidak setara klausa yang satu merupakan bagian dari klausa lainnya. Klausa yang
merupakan bagian dari klausa lainnya itu disebut bukan inti, sedangkan lainnya
disebut inti.
Kalimat bukan inti itu kadang-kadang
merupakan Objek bagi klausa ini.
Contoh: Ia berkata bahwa ia mencintaiku.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kalimat efektif adalah
kalimat yang dapat berfungsi mengungkapkan informasi secara tepat, cepat, dan
mudah dipahami dan mempunyai hubungan kalimat, penekanan dan pengucapannya. Di mana
dalam penyusunan kalimat efektif sangat perlu diperhatikan struktur kalimat,
kelugasan penyusunan kata serta faktor-faktor lainnya agar kalimat yang disusun
menjadi kalimat utuh yang efektif.
Unsur-unsur dalam
kalimat efektif, ialah: subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel)
dan keterangan (Ket) dan mengenai syarat-syarat kalimat efektif meliputi:
koherensi, kesatuan, kehematan, paralelisme atau kesejajaran, penekanan, kevariasian
dan logis/nalar.
Kalimat tanya adalah kalimat yang dimaksud untuk mendapat jawaban berupa
informasi, penjelasan atau pertanyaan. Kalimat bernalar ialah satuan
kalimat informasi yang berjalan selaras antara yang disampaikan oleh pihak
pertama dapat diterima dengan “utuh” oleh pihak kedua. Kalimat suruh (perintah) merupakan pernyataan
untuk mengerjakan sesuatu, menyatakan syarat kejadian, tafsiran bermakna ejekan
atau sindiran dan mencegah atau melarang. Kalimat sederhana
dibagi atas dua bagian, yaitu kalimat yang tak berklausa dan kalimat berklausa
satu. Kalimat luas adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih.
Kalimat luas setara adalah struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya
dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal
disebut kalimat luas setara. Kalimat luas bertingkat adalah kalimat yang
mengandung satu kalimat dasar yang merupakan inti (utama) dan satu atau
beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur kalimat
inti itu misalnya keterangan, subjek, atau objek dapat disebut sebagai kalimat
luas bertingkat jika diantara kedua unsur tersebut digunakan sebagai
konjungtor. Kalimat luas yang tidak setara klausa yang satu merupakan bagian
dari klausa lainnya.
B. Saran
Pentingnya dalam
berkomunikasi memahami penggunaan kalimat efektif, agar informasi yang berjalan
cepat selaras antara gagasan yang disampaikan oleh pihak pertama dapat diterima
dengan “utuh” oleh pihak kedua.
DAFTAR
PUSTAKA
Media
Cetak
Dewi, Ponco, Dra. Rr K, MM. 2015. Modul Bahasa Indonesia. Jakarta:
Fakultas Ekonomi.
Media
Internet
Koesmadiyono.
Bernalar. http://googleweblight.com/?lite_url=http%3A%2F%2Fkusmadiyonodidik.blogspot.com%2Fp%2Fblog-page.html%3Fm%3D1&ei=bwbwMVi3&lc=id-ID&geid=7&s=1&m=615&ts=1444008638&sig=APONPFmW7sKtnndXO_wmIRm2bnk0IASAiQ. Diakses tanggal 2 Oktober
2015